Pertolongan Allah Subhanahuwata'ala itu mahakl dan tidak diberikan kepada kelompok tertentu, dengan ciri-ciri khusus. Kelompok ini langsung disiapkan, di bentuk, dan di-tarbiyah Allah sendiri, agar layak berkuasa di bumi dan berhak mengemban amanah penegakan Agama di seluruh dunia. Itulah Ath-Thaifah Al Manshhurah (Kelompok Pemenang), yang disinyalir Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam di hadist,
”Di antara umatku senantiasa ada orang-orang yang menang karena berpegang erat kepada kebenaran. Orang-orang yang menelantarkan mereka tidak dapat memberikan madzarat apa pun pada mereka. Hingga ketika hari Kiamat telah dekat, mereka tetap seperti itu.” (HR Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Generasi pemenang ini dalam perjalanannya menolong Islam tidak mengandalkan jumlahnnya yang banyak. Mereka selalu minoritas, tidak banyak. Orang-orang beriman di setiap zaman dan tempat menang atas musuh-musuh mereka, bukan dengan jumlah besar dan senjata mereka. Tapi, menang dengan agama ini, di mana Allah memuliakan mereka dengannya. Ini seperti di katakan Abdullah bin Rawahah Radiallahuanhu di perang Mut’ah, ”kita tidak memerangi musuh dengna senjata, kekuatan, dan pasukan besar. Kita memerangi mereka dengan agama ini, di mana Allah memuliakan kita dengannya.”
Jika Anda mempelajari seluruh perang kaum Muslimin melawan musuh-musuh mereka, Anda lihat jumlah tentara dan senjata mereka tidak lebih banyak dari jumlah tentara dan senjata musuh-musuh mereka. Sungguh benar Abu Bakar Radiallahuanhu, yang kirim surat kepada panglimanya, Amr bin Al-Ash Radiallahuanhu, ”Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu. Amma ba’du. Di suratmu, engkau menyebutkan jumlah besar pasukan Romawi. Sesungguhnya Allah tidak menolong kami bersama Nabi-Nya dengan banyaknya tentara dan senjata. Suatu ketika, kita berperang bersama Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam, dan kita hanya punya dua kuda serta kita bergantian naik unta. Di perang Uhud, kita hanya punta saru kuda yang dinaiki Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam. Beliau membantu siapa saja di antara kami yag tertinggal. Ketahuilah, orang paling taat kepada Allah ialah orang yang paling benci kemaksiatan. Taatlah kepada Allah dan perintahkan anak buahmu taat kepada-Nya (Diriwayatkan Ath-Thayalisi).
Ketentuan-ketentuan Allah Subhanahuwata'ala itu tidak dikhususkan kepada sembarang orang. Kemenangan dan kekalahan punya sebab-sebab tertentu. Siapa dikehendaki Allah Subhanahuwata'ala punya sebab-sebab pembawa kemenangan, ia ditolong Allah Subhanahuwata'ala. Dan, siapa tidak dikehendaki-Nya punya sebab-sebab pembawa kemwnanganm maka silakan menyalahkan diri sendiri. Allah Subhanahuwata'ala berfirman,
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (١٢٣)
123. (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong[353] dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
[353] Mu di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. Maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama.
Jika gerakan dakwah ingain menang atas musuh-musuhnya, maka gerakan tersebut harus menyiapkan sebab-sebab kemenangan, sebagaimana dulu dilakukan generasi sahabat dan generasi tabi’in. Kita perlu mengkajinya secara global.
Di Sirah diriwayatkan bahwa musuh mana pun tidak sanggup bertahan lama menghadapi sahabat-sahabat Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam. Hingga Hireklius sekalipun. Ketika ia beada di Anthakiyah dan pasukan Romawi datang dalam keadaan kalah, ia berkata kepada mereka, ”Celaka kalian. Jelaskan kepadaku tentang orang-orang yang berperang melawan kalian. Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?” Pasukan Romawi menjawab, ”Betul.” Hireklius berkata, ”Siapa yang lebiyh banyak pasukannya; kalian atau mereka?” Pasukan Romawi menjawab, ”Kami lebih banyak pasukannya beberapa kali lipat di semua tempat. ”Hireklius berkata, ”Kalau begitu, kenapa kalian kalah?” Salah seorang tokoh Romawi berkata, ”Karena mereka melakukan qiyamul lail, berpuasa di siang hari, menepati janji, memrintahkan hal-hal baik, melarang hal-hal munkar, dan adil sesama mereka. Sedang kita minum minuman keras, berzina, menaiki kendaraan haram, ingkar janji, merampok, mendzalimi orang, memerintahkan hall-hal haram, melarang hal-hal yang diridhai Allah, dan membuat kerusakan di bumi.” Hireklius berkata kepada tokoh itu, ”Anda berkata benar kepadaku.” (Diriwayatkan Ahmad bin Marwan Al-Maliki dan Ibnu Asakir).
Dengan kecerdasannya, tokoh Romawi itu meringkas sebab-sebab pembawa kemenangan dan sebab-sebab pembawa kekalahan. Ia helaskan bahwa pasukan Islam punya seluruh sebab pembawa kemenangan, sedang pasukan Romawi punya semua sebab pembawa kekalahan. Alllah Subhanahuwata'ala pun menolong siap yang berhak ditolong dan menelantarkan siapa yang berhak ditelantarkan.
Sebab-sebab pembawa kemeangann dan kekalahan juga dijelaskan salah seorang intel Romawi yang dikirim Al-Qibqilar untuk menyelidiki kondisi kaum Muslimin. Itu terjadi setelah kedatangna Al-Qibqilar untuk menaklukkan negeri-negeri syam. Usai menjalankan tugasnya menyelidiki kondisi kaum Muslimin, intel itu enjelaskan kepada Al-Qibqilar tentang kondisi kaum Muslimin, ”Mereka biarawan-biarawan di malam hari dan pendekar-pendekar ulung di siang hari. Jika anak raja mereka mencuri maka mereka memotong tangannya dan jika ia berzina maka ia dirajam, untuk menegakkan kebenaran pada mereka. ”Al-Qibqilar berkata kepada intelnya itu, ”jikalaporanmu ini benar, maka perut bumi lebih baik bagiku dai pada berhadapan dengan mereka di atas permukaan bumi. Aku berharap Allah tidak mempertemukan aku dengan mereka, tidak menolongku dalam menghadapi mereka, dan tidak menolong mereka dalam menghadapi kami.” (Diriwayatkan Al-Baihaqi).
Sebab-sebab pembawa kemenangan dan kekalahan juga dijelaskan salah seorang sahabat Thulaihah Al-Asadi. Ketika Thulaihah Al-Asadi melihat kekalahan sahabat-sahabatnya dimedan perang, ia berkata, ”Celaka kalian. Kenapa kalian kalah?” salah seorang sahabatnya berkata ”aku jalaskan kepadamu kenapa kita kalah., setiap orang dari kita ingin sahabatnya mati lebih dulu. Lalu, kami bertemu orang-orang, dimana mereka semua ingin lebih dulu mati sebelum yang lain.” (Diriwayatkan Al-Walid bin Muslim dan Ibnu Asakir).
Sebab-sebab pembawa kemenagnan dan kekalahan juga dielaskan slah seorang intel Betrix Damaskus setelah kedatangan pasukan kaum Muslimin di salah satu wilayah Yordania. Intel itu berkata kepada Betrix Damaskus, ”Aku baru saja datang dari orang –orang yang lembut. Mereka mengendarai kuda-kuda bagus. Pada malam hari, mereka biarawan-biarawan. Dan pada siang hari mereka pendekar-pendekar hebat. Jika anda bicara dengan teman anda, perkataan anda tidak dapat dipahami teman anda, karena suara mereka membaca Al-Qur’an dan dzikir begitu keras.” Betrix Damaskus menoleh kepada para pengikutnya, lalu berkata kepada mereka, ”Sesuatu dari kaum muslimin telah datang kepada kalian dan kalian tidak mungkin sanggup menghadapinya.”
Anda tahu kaum Muslimin mengoleksi kemenangan demi kemenangan. Anda juga tahu sebab-sebab pembawa kemengangan jika anda tahu kondisi setiap tentara mereka. Ibnu Jarir berkata di Tarikh-Nya, ”Ketika kaum Muslimin tiba di Al-Madain dan mengumpulkan rampasan perang, seseorang datang dengan membawa bejana, lalu memberikannnya kepada penjaga rampasan perang. Teman-teman orang itu berkata, ”kita tidak pernah melihat pemandangan seperti ini, ini tidak ada tandingannya di tempat kami.” Kaum Muslimin berkata kepada orang itu,”Apakah engkau pernah mengambil salah satu rampasan perang ini?” orang itu menjawab, ”Tidak, demi Allah. Kalau aku sudah mengambilnya, kenapa aku sekarang datang kepada kalian.” kaum Musliimin melihat ada hal istimewa pada orang itu. Mereka berkata, ”Siapa Anda?” Oran gitu menjawab, ”Demi Allah, aku tidak akan menjelaskan siapa diriku kepada kalian untuk kalian puji dan disanjung oran g-orang selain kalian. Aku memuji Allah dan ridha dengan pahala-Nya.” kaum Muslimin menyuruh seseorang membuntuti orang itu, hingga tiba di tempat sahabat-sahabatnya. Utusan kaum Muslimin bertanya tentang siapa sebenarnya orang itu, lalu ia mendapat informasi bahwa oran gitu adalah Amir bin Abdu Qais.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir).
Ibnu Jarir juga menyebutkan, ”Ketika pedang Kisra, ikat pinggang, dan perhiasannya diserahkan kepada Umar bin Khaththab Radiallahuanhu, maka ia brekata, ”Sungguh, orang-orang yang membawa ini adalah orang-orang jujur.” Ali bin Abu Thalib Radiallahuanhu berkata, ”Engkau tidak minta-minta, karena itu, rakyatmu juga tidak minta-minta.” (Diriwayakan Ibnu Jarir).