10.24.2008

Inilah Aku “SEORANG MUSLIM”

بسم الله الرحمن الرحيم

Mengapa kita tidak merasa bangga, wahai para pemuda dan orang tua, mengapa kita tidak merasa bangga dengan Islam?

Ya.... ada ditengah-tangah kita, atau mungkin kita sendiri yang tidak ingin masuk lebih dalam pada agama. Kita hanya ingian Islam yang biasa-biasa saja. Sedangkan dakwah dan Istiqamah adalah sesuatu yang tidak kita inginkan. Mengapa?



Wuss…..

Angin musim semi berhembus di tengah kota Damaskus. Kota yang biasanya ramai dijejali para penduduk yang hilir-mudik dan anak-anak yang berlarian di tepi sungai, ketika itu sepi, dingin. Suara angin itu pun tak terkalahkan lagi oleh pedang-pedang yang beradu atau pekikan takbir yang beberapa saat lalu masih terdengar menyayat telinga.... peperangan baru saja usai.

Sesaat kemudian, terlihat beberapa utusan keluar dari gerbang kota Damasus membawa bendera putih, menuju perkemahan pasukan Islam. Utusan itu diterima oleh panglima besar Abu Ubaidah. Utasan tersebut membawa beberapa syarat untuk penyerahan kota suci secara damai. Diantaranya adalah kota suci Jerussalem, kota tersebut hanya akan diserahkan kepada penguasa tertinggi pihak Islam, yaitu Umar bin Khattab radiallahuanhu yang kala itu menjabat sebagai khalifah.

Umar pun pada akhirnya berangkat ke sana untuk mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis. Nun jauh di sana, orang-orang Nashara mendenganr akan kedatangan umar yang namanya telah mengguncang dunia, yang jika nama Umar disebut di majlis Kisra dan Kaisar, maka kedua raja ini hampir pingsan mendengarnya, karena takut.

Umar yang tidur di pelepah kurma, tetapi para taghut yang berada diatas singgasana ketakutan.

Umar yang hanya makan gandum, tetapi para bangsawan yang memiliki emas dan perak gemetar jika melihatnya.

Umar yang jiaka berjalan disuatu jalan, maka syetan akan memilih jalan lain.

Umar yang sudah dikenal dikalangan muslimin Melayu, India, Iraq, Sudan, Andalus, dan akan dikenal dunia.

Ketika orang-orang Nashara mendengar Umar akan datang untuk mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis, mereka keluat dengan jumlah yang sangat besar. Para wanita kelar di atap-atap rumah, anak-anak kelar di berbagai jalan dan ganag.

Sedangkan pasukan kaum muslimin yan gdipimpim oleh tiga panglima, mereka keluar dama konvoiu pasukan yang belum pernah didengar dunia.

Bagaimana pengawal yang mengiringi Umar yang akan mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis?

Tidak ada iring-iringan yang mengawal! Orang-orang mengira beliau akan datang dengan para pembesar shahabat, para pembesar Anshar dan Muhhajirin dari para ulama dan orang-orang shalehnya, tetapi beliau datang hanya dengan mengendarai saru unta dan ditemani seorang pembantunya.

Kadang Umar yang menuntun unta dan pembantunya nik dan kadang Umar yang anik unta dan pembantunya yang menuntun!.

Ketika mendekati Baitul Maqdis, para pejabat muslimin bertanya-tanya: “Siapa itu? Ohh...Mungkin salah seorang tentara yang memberi tahu kedatangan Amirul Mukminin”.

Ketika tentara itu mendekat, ternyata orang tersebut adalah Umar bin Khaththab Radiallahuanhu! Ketika beliau sampai di Baitul Maqdis, tiba giliran beliau menuntun unta dan pembantunya yang berada di atas unta.

Amr bin Ash radiallahuanhu mengatakan: “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang menanti kehadiran anda, penghuni dunia keluar untuk menyambut kehadiran anda dan orang-orang mendengar tetang anda tetapi anda datang dengan penampilan seperti ini?”

Kemudian Umar mengatakan perkataannya yan gsangat terkenal, yang tetap diingat sepanjang masa: “Kita adalah umat yang telah Allah Subhanahuwata’ala berikan kemuliaaan dengan Islam, maka bagaimanapun juga jika kita mencari kejayaan dengan yang lain, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.”

Saudaraku.... sesungguhnya kita. Seperti halnya Umar Radiallahuanhu membangun peradaban dari nol dengan satu modal, Laa ilaaha ilallah. Itu pula yan gpernah Rasulullah Sallallahu’alaihi wassalam katakan kepada para punggawa Quraisy, “Ambilah, Laa ilaaha illallah, niscaya kalian akan menguasai dunia.”

Orang-orang kafir itu jelas tertawa mendengar apa yang Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam katakan. Hanya dengan satu kalimat bagaimana bisa menguasai dunia:itu hanyalan modal 2 kata yang tidak secuil pun sebanding dengan jutaan pasukan milik Roamwi ataupun bangsa Persi. Begitu kira-kira pikiran sempit mereka. Tetapi tidak....., tidak seperti Umar Radiallahuanhu yang begitu kokoh dan kuat memegang janji Rasul Salallahu'alaihi wassalam itu.

Pasukan Umar bin Khaththab Radiallahuanhu keluar dengan 30.000 orang yang bertauhid. Setiap orang yang bertauhid sama dengan 3 juta tentara dunia sekarang. Mereka keluar untuk berperang melawan Persia, berperang untuk melawan Kisra yang kafir dan sesat. Ketika mereka tida di Qadisiyah, Kisra ingin melakukan perundinagn dengan Umar karena mereka takut mati. Maka ia mengutus Hurmuzan –salah seorang mentrinya- untuk mendatangi Madinah Nabawiyah kota Rasulullah Salallahu'alaihi wassalam utnuk duduk bersama Umar Al Faruq di meja perundingan.

Utusan tersebut keluar dengna rombongan yang besar untuk menemuai Umar dengan hati yang hampir robek karena takut... Mengapa? Karena dia ragu-ragu. Bagaimana ia akan bicara dengan Umar bin Khaththab? Apakah ia akan berbicara secara langsung atau melalui perantara? Apakah ia akan duduk bersama diatas tanah? Apakah ia dapat melihat Umar secara langsung tanpa alat dan pengeras suara?

Maka ia memakai perhiasan, sutra, emas dan perak. Ia menembus jalan dari Iraq menuju Madinah.

Ketika ia masuk Madinah, ia bertanya: “Dimana istana Khalifah Umar?” para shahabat mengatakan: “Umar tidak punya istana.”

Ia bertanya: “Bagaimana ia memimpin kalian?” mereka berkata: “Beliau memimpin kami di atas tanah.”

Ia bertanya: “di mana rumahnya? apakah rumahnya memiliki keistimewaan?” mereka menjawab: “Rumahnya seperti rumah kita.”

Ia berkata: “Tolong tunjukan pada saya rumahnya.”

Mereka berangkat dan berjalan di gang-gang sempit kota Madinah, sampai mereka sampai di sebuah rumah yang kecil miskin yang hanya dibangun dari tanah biasa.

Ia bertanya: “Apakah ini rumahnya?” mereka mengatakan: “Ya” Ia bertambah takut dan gemetar, ia bertanya: “Apakah ini rumahnya?” mereka mengatakan: “Kita akan tanya keluarganya”

Kemudian mereka mengetuk pintu rumah. Putranya keluar, mereka bertanaya: “Apakah Amirul Mukminin ada di rumah?” beliau manjawab: “Beliau sedang tidak ada di Rumah, silahkan anda cari di Masjid”

Kantor, istanan dan tempat duduknya di mashid. Utusan ini segera beangkat ke mashid., Anak-anak berjalan di belakang utusan. Beberapa wanita melihat dari atap rumah dan adari balik pintu, utuk melihat orang yang datang dengan sutra dan emas yang bersinar karena pantulan sinar matahari.

Utusan tersebut mencari Umar. Mereka pergi dan memasukan mashid, mengamati orang-orang yang tidur -karena beliau tidur di masjid- maka mereka tidak menemukan. Mereka mengatakan: “Kita cari di tempat lain”. Maka mereka mencari lagi.

Mereka mendatangi sebuah pohon di lura kota Madinah, ternyata beliau berada di situ. Beliau tertidur di bawah pohon.

Utusan Persia ini tercengang dan semakin takut. Mereka membangunkan Umar. Ketika beliau bangun, beliau bertanya: “Siapa ini?” Mereka mengatakan: “Ini adalah Hurmuzan dan rombongannya, datang untuk berunding dengan anda wahai Amirul Mukminin.”

Orang Persia tersebut berkata: “Anda telah berhukum dengan adil sehingga anda mereasa aman dan bisa tidur.”

Jadi kita adalah umat yang telah Allah Subhana huwata'ala berikan kemuliaan dengan Islam, maka jika kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, Allah Subhana huwata'ala akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita mencari kejayaan dengan pakaian dan penampilan, bukan dengan agama, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita merasa bangga dengan rumah dan istana, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita merasa bangga dengan berbagai kendaraan, kekayaan dan makananm maka Allah akan memberikan kehindaan kepada kita. Karena kita adalah umat yang telah Allah berikan kejayaan dengan Islam, maka kalau kita mencari kemuliaaan dengan selain Islam, Allah akan amembarikan kehinaan kepada kita.

Mengapa kita tidak merasa bangga, wahai para pemuda dan orang tua, mengapa kita tidak merasa bangga dengan Islam?

Ya.... ada ditengah-tangah kita, atau mungkin kita sendiri yang tidak ingin masuk lebih dalam pada agama. Kita hanya ingian Islam yang biasa-biasa saja. Sedangkan dakwah dan Istiqamah adalah sesuatu yang tidak kita inginkan. Mengapa?

Karena setan bersama zionisme internasional telah menghembuskan ke dalam dada-dada kaum muslimin, termasuk para da’i dengan istilah fundamentalis, teroris, dan berbagai istilah menakutkan lainnya.

Ketika sudutan dan tekanan seperti ini melanda, kebanyakan deantara kita berteriak, “Muslim itu bukan teroris!” dalam struktur kalimat tauhid, ini baru An-Nafyu (Penolakan) belum Al-Itsbaat (Penetapan). Pernyataan seharusnya tak berhenti di situ. Ya, kalau bukan teroris, lalu apa?

Agar tidak samar jawabannya, maka perhatikanlah baik-baik firman Allah Subhana huwata'ala berikut ini:

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada (Jalan) Allah, beramal shalih dan mengatakan, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim!” (QS. Fushilat: 33)

Kegemilangan sejarah seorang muslim terukir bukan hanya pasca risalah Muhammad Salallahu'alaihi wassalam. Muslim adalah gelar agung yang sejak semula disandang para guru peadaban cahaya. Termasuk Ibrahim ‘alaihissalam. Dialah muslim yang haniff (Lurus). Muslim yan gtelah memenggal berhala dengan kapak kecerdasan serta meruntuhkan argumentasi paganisme, membungkam Namrud tuhan palsu, dna dengan cantik melukiskan sesatnya menyembah benda-benda antariksa.

“....Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kelaina dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama oran gtua kalian Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kalian sekalian orang-orang musilm dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menajdi saksi atas diri kalian dan supaya kalian asemua menjadi saksi atas segenap manusia.” (QS. Al-Hajj: 78)

Inilah muslim, predikat sepanjang masa yang tak akan kita lepaskan sampai maut menjemput. Muslim, sebuah panggilan indah dari pepohonan dan bebatuan yang akan berbicara di akhir zaman tentang Yahudi, musuh kebenaran yang bersembunyi di belakangnya.

Tetaplah menjadi muslim, muslim yang bangga dengan keislamannya. Pra hawari pengikut ’Isa pun memberi contoh, bahwa mereka bangga dengan keislamannya.

”....Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim.” (QS. Ali Imran: 52)

Para hawari murin ’Isa ’alaihissalam telah tiada. Sementara yang mengaku menjadi Ahli Kitab pewaris mereka telah berpaling dari Laa Ilaaha Illallah. Saudaraku, kini giliran kita. Kita muslim sejati, yang selalu mengajak semua manusia kembali pada kebenaran fitrah, tapi kalau mereka berpaling, cukup katakan dengan bangga dan penuh kemulaiaan bahwa kita adalah muslim.

”Katakanlah: ”Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kaimat (Ketetapan) yang tiada ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim.” (QS. Ali Imron: 64)

Sebesar apapun gunung menjulang, seberat apapun ujian menghadang, muslim sejati takkan pernah ragu untuk berkata, ”Saksikanlah bahwa aku seorang muslim!”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

muslim sejati takkan pernah ragu untuk berkata, ”Saksikanlah bahwa aku seorang muslim!”

hmm apakah perkataan itu perlu...!!!

Mengapa kita tidak merasa bangga, wahai para pemuda dan orang tua, mengapa kita tidak merasa bangga dengan Islam?

yah karena "kita" hanya ikut agama berdasarkan NASAB saja jadi tidak bangga deh...!!!
mudah2an saja ikrar bukan bagian dari "kita"