Mujahidin Taliban menggunakan taktik gerilya sejak beberapa tahun lalu, mereka membajak atau menghancurkan truk-truk besar yang merambat di jalan sempit yang membawa logistik tentara kafir, lalu menjualnya di pasar lokal untuk membiayai serangan-serangan baru.
Seorang anggota suku di wilayah Khybar yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan telegraf yang dikirim minggu menyebutkan tentara Pakistan telah gagal mengendalikan pass (pintu masuk).
“Kalian lihat, kendaraan-kendaraan yang dihancurkan oleh roket-roket di sisi jalan,” ia berkata “rongsokan dari kendaraan tersebut tidak akan lama berada di sana. Para tentara akan membersihkannya seakan-akan tidak terjadi apa-apa dan mereka masih memegang kontrol. Padahal mereka telah diambang kekalahan.” Lanjutnya.
Banyaknya serangan terhadap konvoi suplai untuk militer, selalu dirahasiakan oleh militer. Di tahun ini saja, sedikitnya 42 tangki minyak telah dihancurkan oleh kelompok mujahidin Taliban.
Sekitar 70 persen bahan bakar, pakaian, dan makanan yang dibutuhkan tentara NATO diangkut oleh truk-truk besar melalui Pass Khybar, satu rute perjalanan yang panjang dari Pakistan menuju Kabul, yang dimulai dari pelabuhan Karachi di Pakistan.
Rute tersebut terlalu beresiko untuk mengangkut perlengkapan perang dan senjata-senjata. Ada harapan bahwa tentara Rusia dapat membantu NATO melindungi suplai logistik tersebut sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Tetapi kini, tentara Rusia sedang berkonsentrasi dengan perang di Georgia.
“Jika NATO kehilangan kontrol, mereka harus menemukan jalur baru,” ujar Mathew Clements, analis Eurasia. “Tetapi rute lain akan lebih sulit dan lebih mahal. Hal itu akan mengganggu kelancaran operasi militer mereka.” Jelasnya.
Hasil rampasan yang kemudian di jual di pasar Peshawar, yang berisi peralatan dan seragam-seragam militer AS secara terbuka dipajang untuk dijual.
Taktik Mujahidin Taliban serupa dengan gerilya-gerilya yang dilakukan mujahidin pada tahun 80-an untuk menyerang konvoi suplai Tentara Soviet.
Sumber Arrahmah.com
0 komentar:
Posting Komentar